Uji Kompetensi Pragmatik: Kumpulan Soal dan Pembahasan Lengkap

Posted on

Pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari penggunaan bahasa dalam konteks. Berbeda dengan sintaksis atau semantik yang fokus pada struktur dan makna literal, pragmatik menyelami bagaimana makna disampaikan dan diinterpretasikan berdasarkan situasi, niat penutur, dan pengetahuan bersama antara partisipan komunikasi. Konsep-konsep kunci dalam pragmatik meliputi deiksis (kata yang maknanya tergantung konteks), implikatur (makna tersirat), praanggapan (asumsi yang mendasari ujaran), dan tindak tutur (fungsi ujaran sebagai tindakan). Memahami pragmatik sangat penting untuk komunikasi yang efektif, baik dalam interaksi sehari-hari maupun analisis wacana yang lebih kompleks. Artikel ini menyediakan kumpulan soal pragmatik lengkap, mulai dari pilihan ganda, isian singkat, esai, hingga menjodohkan, dilengkapi dengan jawaban dan pembahasan untuk membantu Anda menguji dan memperdalam pemahaman tentang seluk-beluk pragmatik dalam bahasa Indonesia. Siapkan diri Anda untuk menguasai ilmu bahasa konteks!

Uji Kompetensi Pragmatik: Kumpulan Soal dan Pembahasan Lengkap

Contoh Soal Uji Kompetensi Pragmatik: Kumpulan Soal dan Pembahasan Lengkap

A. Pilihan Ganda

  1. Soal: Cabang linguistik yang mempelajari penggunaan bahasa dalam konteks disebut…
    • Sintaksis
    • Semantik
    • Morfologi
    • Pragmatik
    Jawaban: Pragmatik
  2. Soal: Kata ‘ini’, ‘itu’, ‘di sini’, ‘sekarang’ adalah contoh dari konsep pragmatik…
    • Implikatur
    • Praanggapan
    • Deiksis
    • Tindak Tutur
    Jawaban: Deiksis
  3. Soal: Ketika seseorang berkata ‘Udara di sini panas sekali’, dengan harapan orang lain akan menyalakan AC, ini adalah contoh dari…
    • Deiksis
    • Praanggapan
    • Tindak Tutur Lokusi
    • Implikatur
    Jawaban: Implikatur
  4. Soal: Ujaran ‘Apakah Anda sudah berhenti merokok?’ mengandung praanggapan bahwa…
    • Anda sedang merokok
    • Anda tidak pernah merokok
    • Anda pernah merokok
    • Anda akan mulai merokok
    Jawaban: Anda pernah merokok
  5. Soal: Tindak tutur yang berfungsi untuk menyatakan atau mengemukakan sesuatu, seperti ‘Saya berjanji akan datang’, termasuk jenis tindak tutur…
    • Representatif
    • Direktif
    • Komisif
    • Ekspresif
    Jawaban: Komisif
  6. Soal: Prinsip kerja sama (Cooperative Principle) dalam pragmatik dikemukakan oleh…
    • J.L. Austin
    • J.R. Searle
    • H.P. Grice
    • Noam Chomsky
    Jawaban: H.P. Grice
  7. Soal: Maksim kuantitas dalam Prinsip Kerja Sama mengharuskan penutur untuk…
    • Berbicara jujur dan benar
    • Berbicara relevan dengan topik
    • Memberikan informasi secukupnya, tidak kurang dan tidak lebih
    • Berbicara dengan jelas dan tidak ambigu
    Jawaban: Memberikan informasi secukupnya, tidak kurang dan tidak lebih
  8. Soal: Deiksis yang merujuk pada posisi relatif penutur dan petutur dalam ruang disebut deiksis…
    • Persona
    • Waktu
    • Ruang
    • Sosial
    Jawaban: Ruang
  9. Soal: Kalimat ‘Saya datang kemarin’ mengandung deiksis waktu, yaitu kata…
    • Saya
    • datang
    • kemarin
    • tidak ada
    Jawaban: kemarin
  10. Soal: Tindak tutur yang bertujuan untuk membuat petutur melakukan sesuatu, seperti ‘Tolong tutup pintunya!’, termasuk jenis…
    • Representatif
    • Direktif
    • Komisif
    • Ekspresif
    Jawaban: Direktif
  11. Soal: Yang BUKAN merupakan jenis deiksis adalah…
    • Deiksis persona
    • Deiksis waktu
    • Deiksis semantik
    • Deiksis sosial
    Jawaban: Deiksis semantik
  12. Soal: Dalam teori tindak tutur, bagian ujaran yang hanya berupa pengucapan kata atau kalimat disebut…
    • Tindak lokusi
    • Tindak ilokusi
    • Tindak perlokusi
    • Tindak asertif
    Jawaban: Tindak lokusi
  13. Soal: Efek atau akibat yang ditimbulkan oleh ujaran terhadap petutur disebut…
    • Tindak lokusi
    • Tindak ilokusi
    • Tindak perlokusi
    • Tindak deklaratif
    Jawaban: Tindak perlokusi
  14. Soal: Maksim relevansi dalam Prinsip Kerja Sama mengacu pada…
    • Ujaran harus benar dan faktual
    • Ujaran harus jelas dan tidak ambigu
    • Ujaran harus berkaitan dengan topik pembicaraan
    • Ujaran harus informatif
    Jawaban: Ujaran harus berkaitan dengan topik pembicaraan
  15. Soal: Ketika seseorang mengatakan ‘Rumah saya dekat sekali dari sini’ sambil menunjuk, kata ‘sini’ merujuk pada…
    • Lokasi rumah penutur
    • Lokasi fisik penutur saat berbicara
    • Lokasi tujuan perjalanan
    • Lokasi yang tidak spesifik
    Jawaban: Lokasi fisik penutur saat berbicara
  16. Soal: Jenis tindak tutur yang bertujuan untuk mengubah status atau kondisi, seperti ‘Saya nyatakan Anda suami istri’, adalah…
    • Representatif
    • Ekspresif
    • Komisif
    • Deklaratif
    Jawaban: Deklaratif
  17. Soal: Implikatur yang tidak secara eksplisit dinyatakan tetapi dapat disimpulkan dari ujaran dan konteksnya disebut…
    • Implikatur konvensional
    • Implikatur percakapan
    • Implikatur proposisional
    • Implikatur deiktik
    Jawaban: Implikatur percakapan
  18. Soal: Ketika seseorang bertanya, ‘Ada waktu jam 7 malam?’, implikatur yang muncul adalah…
    • Penanya ingin tahu jadwal jam 7 malam
    • Penanya ingin mengajak bertemu atau melakukan sesuatu jam 7 malam
    • Penanya ingin meminjam jam
    • Penanya ingin memastikan waktu
    Jawaban: Penanya ingin mengajak bertemu atau melakukan sesuatu jam 7 malam
  19. Soal: Konsep kesantunan dalam pragmatik sangat erat kaitannya dengan…
    • Menggunakan bahasa yang baku
    • Mengikuti aturan tata bahasa
    • Menjaga muka (face) penutur dan petutur
    • Berbicara dengan volume suara rendah
    Jawaban: Menjaga muka (face) penutur dan petutur
  20. Soal: Praanggapan yang muncul dari penggunaan kata-kata tertentu, seperti ‘lagi’ atau ‘juga’, disebut praanggapan…
    • Struktural
    • Leksikal
    • Faktual
    • Non-faktual
    Jawaban: Leksikal
  21. Soal: Kalimat ‘Saya tahu bahwa dia berbohong’ mengandung praanggapan bahwa…
    • Saya tidak yakin dia berbohong
    • Dia tidak berbohong
    • Dia berbohong
    • Saya tidak peduli dia berbohong
    Jawaban: Dia berbohong
  22. Soal: Dalam konteks komunikasi, ‘konteks’ dalam pragmatik merujuk pada…
    • Struktur gramatikal kalimat
    • Makna literal dari kata-kata
    • Situasi, latar belakang, dan pengetahuan bersama yang melingkupi ujaran
    • Intonasi suara penutur
    Jawaban: Situasi, latar belakang, dan pengetahuan bersama yang melingkupi ujaran
  23. Soal: Perbedaan utama antara semantik dan pragmatik terletak pada…
    • Semantik fokus pada struktur kalimat, pragmatik pada makna kata
    • Semantik fokus pada makna literal, pragmatik pada makna dalam konteks
    • Semantik mempelajari bahasa lisan, pragmatik bahasa tulis
    • Semantik adalah cabang linguistik, pragmatik adalah cabang filsafat
    Jawaban: Semantik fokus pada makna literal, pragmatik pada makna dalam konteks
  24. Soal: Ketika seseorang berkata ‘Bisakah kamu mengambilkan garam?’, secara literal ini adalah pertanyaan. Namun, fungsi ilokusinya adalah…
    • Pertanyaan
    • Penawaran
    • Perintah
    • Permintaan
    Jawaban: Permintaan
  25. Soal: Maksim cara (manner) dalam Prinsip Kerja Sama mengharuskan penutur untuk…
    • Berbicara jujur
    • Memberikan informasi relevan
    • Berbicara dengan jelas, ringkas, dan teratur
    • Memberikan informasi sebanyak-banyaknya
    Jawaban: Berbicara dengan jelas, ringkas, dan teratur

B. Isian Singkat

  1. Soal: Sebutkan empat maksim dalam Prinsip Kerja Sama Grice!
    Jawaban: Maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara.
  2. Soal: Jelaskan perbedaan antara tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi!
    Jawaban: Tindak lokusi adalah tindakan mengucapkan sesuatu dengan makna literal. Tindak ilokusi adalah tindakan yang dilakukan melalui ujaran, yaitu maksud atau fungsi dari ujaran tersebut. Tindak perlokusi adalah efek atau akibat yang ditimbulkan oleh ujaran terhadap pendengar.
  3. Soal: Berikan satu contoh kalimat yang mengandung deiksis persona, ruang, dan waktu secara bersamaan!
    Jawaban: Saya akan datang ke sana besok.
  4. Soal: Apa yang dimaksud dengan praanggapan (presupposition) dalam pragmatik?
    Jawaban: Praanggapan adalah asumsi yang mendasari suatu ujaran yang harus benar agar ujaran tersebut dapat dipahami atau dianggap relevan.
  5. Soal: Bagaimana implikatur percakapan dapat muncul meskipun tidak secara eksplisit dinyatakan?
    Jawaban: Implikatur percakapan muncul ketika penutur melanggar salah satu maksim Prinsip Kerja Sama Grice, dan petutur dapat menyimpulkan makna tersirat berdasarkan konteks dan pengetahuan bersama.

C. Menjodohkan

  1. Soal: Jodohkanlah konsep pragmatik berikut dengan definisinya yang tepat!
    Premis A Premis B
    Deiksis ???
    Implikatur ???
    Praanggapan ???
    Tindak Tutur ???
    Kunci Jawaban (Pasangan):

    • Deiksis ↔ Kata yang merujuk pada konteks ujaran
    • Implikatur ↔ Makna tersirat dari sebuah ujaran
    • Praanggapan ↔ Asumsi yang mendasari ujaran
    • Tindak Tutur ↔ Ujaran sebagai tindakan
  2. Soal: Jodohkanlah jenis tindak tutur berikut dengan contohnya yang paling sesuai!
    Premis A Premis B
    Representatif ???
    Direktif ???
    Komisif ???
    Ekspresif ???
    Deklaratif ???
    Kunci Jawaban (Pasangan):

    • Representatif ↔ Saya yakin dia benar
    • Direktif ↔ Tolong tutup pintu itu!
    • Komisif ↔ Saya berjanji akan datang
    • Ekspresif ↔ Selamat ulang tahun!
    • Deklaratif ↔ Saya nyatakan Anda lulus

D. Uraian

  1. Soal: Jelaskan secara komprehensif konsep deiksis dalam pragmatik, termasuk jenis-jenisnya dan berikan contoh untuk setiap jenis!
    Jawaban: Deiksis adalah fenomena kebahasaan di mana makna referensial suatu kata atau frasa hanya dapat dipahami sepenuhnya dalam kaitannya dengan konteks ujaran. Kata-kata deiktik (deiktika) berfungsi sebagai ‘penunjuk’ yang mengarahkan pendengar ke elemen-elemen tertentu dalam situasi komunikasi.
    Jenis-jenis deiksis meliputi:
    1. **Deiksis Persona:** Merujuk pada peran partisipan dalam komunikasi. Contoh: ‘Saya’ (penutur), ‘Anda’ (petutur), ‘Dia’ (pihak ketiga).
    2. **Deiksis Ruang (Spasial):** Merujuk pada lokasi relatif partisipan atau objek dalam ruang. Contoh: ‘Ini’, ‘itu’, ‘di sini’, ‘di sana’, ‘ke mari’, ‘ke sana’.
    3. **Deiksis Waktu (Temporal):** Merujuk pada titik atau periode waktu relatif terhadap saat ujaran diucapkan. Contoh: ‘Sekarang’, ‘kemarin’, ‘besok’, ‘nanti’, ‘saat ini’.
    4. **Deiksis Sosial:** Merujuk pada status sosial atau hubungan antara partisipan. Contoh: Penggunaan tingkatan bahasa (misalnya ‘Bapak/Ibu’ vs ‘kamu’ dalam bahasa Indonesia), honorifik.
    5. **Deiksis Wacana (Discourse Deixis):** Merujuk pada bagian-bagian teks atau wacana itu sendiri. Contoh: ‘Ini adalah poin penting’, ‘Seperti yang saya katakan sebelumnya’.
  2. Soal: Analisis sebuah percakapan singkat (2-3 kalimat) dan identifikasi setidaknya satu contoh implikatur percakapan yang mungkin muncul. Jelaskan mengapa implikatur tersebut muncul dan maksim apa yang mungkin dilanggar!
    Jawaban: Percakapan:
    A: ‘Apakah kamu sudah mengerjakan PR Matematika?’
    B: ‘Ah, aku semalam begadang nonton bola.’

    Analisis:
    Dalam percakapan ini, B tidak menjawab pertanyaan A secara langsung (‘Ya’ atau ‘Tidak’). Ini melanggar Maksim Relevansi dari Prinsip Kerja Sama Grice. Dengan melanggar maksim ini, B menciptakan implikatur percakapan. Implikatur yang muncul adalah bahwa B belum mengerjakan PR Matematika karena begadang nonton bola. Penutur (A) dapat menyimpulkan ini karena pengetahuan umum bahwa begadang cenderung membuat seseorang lelah dan tidak sempat mengerjakan tugas, atau bahwa menonton bola semalam suntuk berarti waktu telah digunakan untuk aktivitas lain. Jawaban B yang tidak langsung ini secara tidak langsung mengomunikasikan alasannya dan hasil akhirnya (belum mengerjakan PR).

  3. Soal: Jelaskan konsep tindak tutur (speech acts) menurut J.L. Austin dan J.R. Searle. Sertakan perbedaan antara pandangan keduanya serta jenis-jenis tindak tutur menurut Searle!
    Jawaban: Menurut J.L. Austin, ketika kita mengucapkan sesuatu, kita tidak hanya ‘mengatakan’ tetapi juga ‘melakukan’ sesuatu. Austin membedakan tiga jenis tindakan dalam ujaran:
    1. **Tindak Lokusi (Locutionary Act):** Tindakan mengucapkan kata-kata dengan makna literalnya.
    2. **Tindak Ilokusi (Illocutionary Act):** Tindakan yang dilakukan melalui ujaran, yaitu maksud atau fungsi dari ujaran tersebut (misalnya, menyatakan, bertanya, memerintah, berjanji).
    3. **Tindak Perlokusi (Perlocutionary Act):** Efek atau konsekuensi yang ditimbulkan oleh ujaran terhadap pendengar (misalnya, meyakinkan, menakut-nakuti, membuat marah).

    J.R. Searle mengembangkan teori Austin dengan mengategorikan tindak ilokusi ke dalam lima jenis umum, yang disebutnya ‘fungsi ilokusioner’:
    1. **Representatif (Assertives/Representatives):** Menyatakan keyakinan penutur tentang kebenaran proposisi (misalnya, menyatakan, melaporkan, mengklaim).
    2. **Direktif (Directives):** Berusaha membuat pendengar melakukan sesuatu (misalnya, meminta, memerintah, menyarankan).
    3. **Komisif (Commissives):** Mengikat penutur pada tindakan di masa depan (misalnya, berjanji, bersumpah, menawarkan).
    4. **Ekspresif (Expressives):** Menyatakan keadaan psikologis penutur (misalnya, berterima kasih, meminta maaf, mengucapkan selamat).
    5. **Deklaratif (Declarations):** Mengubah status atau kondisi dunia melalui ujaran itu sendiri (misalnya, menyatakan perang, memberhentikan, membaptis).

    Perbedaan utama antara Austin dan Searle adalah bahwa Austin lebih fokus pada tiga dimensi tindakan dalam setiap ujaran, sementara Searle mengelompokkan berbagai fungsi ilokusioner ke dalam kategori yang lebih sistematis.

  4. Soal: Mengapa pemahaman konteks sangat krusial dalam studi pragmatik? Berikan contoh nyata bagaimana perubahan konteks dapat mengubah makna suatu ujaran!
    Jawaban: Pemahaman konteks adalah inti dari studi pragmatik karena makna bahasa tidak hanya ditentukan oleh kata-kata itu sendiri (semantik) tetapi juga oleh situasi di mana kata-kata tersebut digunakan. Tanpa konteks, banyak ujaran bisa menjadi ambigu, tidak jelas, atau bahkan salah diinterpretasikan. Konteks mencakup faktor-faktor seperti:
    – **Situasi fisik:** Dimana dan kapan ujaran diucapkan.
    – **Identitas partisipan:** Siapa yang berbicara kepada siapa (hubungan sosial, status).
    – **Pengetahuan bersama:** Informasi yang diketahui oleh semua partisipan.
    – **Tujuan komunikasi:** Mengapa ujaran diucapkan.

    Contoh nyata perubahan makna karena konteks:
    Ujaran: ‘Dingin sekali di sini.’

    1. **Konteks 1:** Di dalam ruangan ber-AC yang suhunya terlalu rendah, diucapkan kepada teman yang duduk di dekat remote AC.
    * **Makna Pragmatik:** Ini adalah permintaan tidak langsung untuk menaikkan suhu AC atau mematikan AC.

    2. **Konteks 2:** Sedang berada di puncak gunung bersalju, diucapkan kepada sesama pendaki.
    * **Makna Pragmatik:** Ini adalah pernyataan tentang kondisi cuaca, bisa juga sebagai ungkapan berbagi pengalaman atau keluhan ringan, bukan permintaan untuk mengubah suhu.

    3. **Konteks 3:** Diucapkan oleh seorang ibu kepada anaknya yang baru pulang bermain di luar saat cuaca dingin, sambil melihat anaknya tidak memakai jaket.
    * **Makna Pragmatik:** Ini adalah teguran atau peringatan agar anak memakai jaket atau masuk ke dalam rumah, dengan implikasi khawatir akan kesehatan anak.

    Dalam ketiga konteks tersebut, ujaran literalnya sama, tetapi makna pragmatik dan tujuan komunikatifnya sangat berbeda karena variasi konteks.

  5. Soal: Diskusikan peran kesantunan (politeness) dalam komunikasi sehari-hari dari perspektif pragmatik. Mengapa kesantunan penting dan bagaimana hal itu mempengaruhi pilihan ujaran kita?
    Jawaban: Kesantunan dalam pragmatik mengacu pada cara individu berinteraksi untuk menjaga ‘muka’ (face) diri sendiri dan orang lain dalam komunikasi. Konsep ‘muka’ (face) yang diperkenalkan oleh Erving Goffman dan dikembangkan oleh Brown dan Levinson, adalah citra diri publik yang positif atau negatif yang ingin dipertahankan setiap individu dalam interaksi sosial. Kesantunan adalah strategi untuk menghindari ancaman terhadap muka ini.

    **Mengapa Kesantunan Penting?**
    1. **Mempertahankan Hubungan Sosial:** Kesantunan membantu membangun dan menjaga hubungan yang harmonis. Tanpa kesantunan, interaksi bisa menjadi kasar, ofensif, atau merusak hubungan.
    2. **Efektivitas Komunikasi:** Pendekatan yang santun dapat membuat pesan lebih mudah diterima dan mengurangi resistensi. Permintaan yang santun lebih mungkin dipenuhi daripada perintah yang kasar.
    3. **Menghindari Konflik:** Kesantunan berfungsi sebagai mekanisme pelumas sosial yang mengurangi potensi konflik dan kesalahpahaman.
    4. **Mencerminkan Nilai Budaya:** Apa yang dianggap santun bervariasi antarbudaya, dan mematuhi norma kesantunan menunjukkan penghargaan terhadap budaya dan nilai-nilai lawan bicara.

    **Bagaimana Mempengaruhi Pilihan Ujaran?**
    Kesantunan mempengaruhi pilihan ujaran kita dalam beberapa cara:
    1. **Strategi Langsung vs. Tidak Langsung:** Kita mungkin memilih untuk menyampaikan permintaan secara tidak langsung (‘Bisakah Anda menutup pintu?’) daripada secara langsung (‘Tutup pintu!’) untuk mengurangi ancaman terhadap muka petutur.
    2. **Penggunaan Mitigasi (Hedges):** Kita menggunakan kata-kata seperti ‘Mungkin’, ‘Sepertinya’, ‘Bolehkah saya…’, ‘Maaf mengganggu…’ untuk melunakkan ujaran dan membuatnya kurang mengancam.
    3. **Honorifik dan Gelar:** Penggunaan sapaan seperti ‘Bapak/Ibu’, ‘Saudara/i’, atau gelar profesional menunjukkan rasa hormat, terutama dalam konteks formal atau hierarkis.
    4. **Permintaan Maaf:** Mengucapkan ‘maaf’ sebelum atau sesudah melakukan tindakan yang mungkin mengancam muka orang lain adalah strategi kesantunan yang umum.
    5. **Pujian:** Memberikan pujian adalah cara untuk mendukung muka positif orang lain dan memperkuat hubungan sosial.

    Dengan demikian, kesantunan bukan sekadar etiket, melainkan strategi pragmatik yang kompleks untuk menavigasi interaksi sosial secara efektif dan menjaga keharmonisan hubungan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *