Mengungkap Makna Peribahasa: Uji Pemahaman Kearifan Lokal Bahasa Indonesia

Posted on

Peribahasa adalah kekayaan bahasa yang tak ternilai, mencerminkan kearifan lokal, norma sosial, dan pandangan hidup masyarakat. Lebih dari sekadar susunan kata indah, peribahasa mengandung makna mendalam yang seringkali bersifat nasihat, sindiran, atau gambaran suatu keadaan. Memahami peribahasa berarti menyelami budaya dan sejarah bangsa. Artikel ini menyajikan serangkaian soal latihan komprehensif untuk menguji dan memperdalam pemahaman Anda tentang makna berbagai peribahasa dalam Bahasa Indonesia. Dari pilihan ganda hingga esai, setiap jenis soal dirancang untuk mengasah kemampuan interpretasi Anda terhadap ungkapan-ungkapan bijak ini. Persiapkan diri Anda untuk menyingkap tabir makna di balik setiap peribahasa dan tingkatkan penguasaan Anda terhadap warisan linguistik yang berharga ini. Ayo, uji seberapa jauh Anda mengenal peribahasa!

Mengungkap Makna Peribahasa: Uji Pemahaman Kearifan Lokal Bahasa Indonesia

Contoh Soal Mengungkap Makna Peribahasa: Uji Pemahaman Kearifan Lokal Bahasa Indonesia

A. Pilihan Ganda

  1. Soal: Apa makna dari peribahasa ‘Air susu dibalas air tuba’?
    • Membalas kebaikan dengan kebaikan.
    • Kebaikan dibalas dengan kejahatan.
    • Setiap perbuatan akan ada balasannya.
    • Air susu dan air tuba memiliki rasa yang berbeda.
    Jawaban: Kebaikan dibalas dengan kejahatan.
    Penjelasan: Peribahasa ini menggambarkan situasi di mana perbuatan baik atau pertolongan yang diberikan justru dibalas dengan perbuatan jahat atau pengkhianatan.
  2. Soal: Peribahasa ‘Ada udang di balik batu’ memiliki makna…
    • Ada udang yang bersembunyi di balik batu.
    • Mencari udang di tempat yang sulit.
    • Ada maksud tersembunyi.
    • Udang dan batu adalah hal yang tidak bisa dipisahkan.
    Jawaban: Ada maksud tersembunyi.
    Penjelasan: Peribahasa ini digunakan untuk menyatakan bahwa di balik suatu tindakan atau sikap baik seseorang, terdapat niat atau tujuan lain yang tidak diungkapkan secara terang-terangan.
  3. Soal: Makna yang tepat untuk peribahasa ‘Bagai pinang dibelah dua’ adalah…
    • Pinang yang dibelah menjadi dua bagian.
    • Dua hal yang berbeda tapi saling melengkapi.
    • Sangat mirip.
    • Sesuatu yang sulit untuk dibedakan.
    Jawaban: Sangat mirip.
    Penjelasan: Peribahasa ini sering digunakan untuk menggambarkan dua orang atau benda yang memiliki kemiripan fisik yang sangat tinggi, seolah-olah adalah bagian dari satu kesatuan yang terbagi.
  4. Soal: Apa makna peribahasa ‘Tong kosong nyaring bunyinya’?
    • Tong yang kosong akan mengeluarkan bunyi.
    • Orang yang pendiam adalah orang yang pintar.
    • Orang bodoh banyak bicara.
    • Suara nyaring dari benda kosong.
    Jawaban: Orang bodoh banyak bicara.
    Penjelasan: Peribahasa ini menyindir orang yang kurang pengetahuan atau tidak memiliki keahlian, namun banyak berbicara atau menyombongkan diri, seperti tong kosong yang menghasilkan suara nyaring karena tidak ada isinya.
  5. Soal: Pilihlah makna yang sesuai untuk peribahasa ‘Malu bertanya sesat di jalan’.
    • Orang yang pemalu tidak akan pernah tersesat.
    • Bertanya akan membuat seseorang bingung.
    • Tidak mau bertanya akan mengalami kesulitan.
    • Jalanan yang sesat karena tidak ada yang bertanya.
    Jawaban: Tidak mau bertanya akan mengalami kesulitan.
    Penjelasan: Peribahasa ini menasihati bahwa jika seseorang tidak mau bertanya atau mencari informasi saat menghadapi ketidakpastian, ia akan menemui kesulitan atau kesalahan dalam perjalanannya.
  6. Soal: Makna dari peribahasa ‘Sambil menyelam minum air’ adalah…
    • Minum air saat sedang menyelam.
    • Melakukan dua pekerjaan sekaligus.
    • Menyelam adalah kegiatan yang haus.
    • Mendapatkan air saat menyelam.
    Jawaban: Melakukan dua pekerjaan sekaligus.
    Penjelasan: Peribahasa ini menggambarkan efisiensi, yaitu melakukan dua atau lebih kegiatan yang berbeda pada waktu yang bersamaan dan mendapatkan keuntungan dari keduanya.
  7. Soal: Apa maksud dari peribahasa ‘Tak ada gading yang tak retak’?
    • Gading yang retak tidak berharga.
    • Semua gading pasti akan retak.
    • Tidak ada sesuatu yang sempurna.
    • Gading adalah benda yang rapuh.
    Jawaban: Tidak ada sesuatu yang sempurna.
    Penjelasan: Peribahasa ini mengajarkan bahwa tidak ada satu pun di dunia ini yang benar-benar sempurna, setiap hal atau orang pasti memiliki kekurangan atau cacatnya sendiri.
  8. Soal: Peribahasa ‘Air tenang menghanyutkan’ berarti…
    • Air yang tenang tidak berbahaya.
    • Orang pendiam tetapi banyak akal.
    • Air yang mengalir deras akan menghanyutkan.
    • Ketenangan selalu membawa kebaikan.
    Jawaban: Orang pendiam tetapi banyak akal.
    Penjelasan: Peribahasa ini menggambarkan seseorang yang tampak tenang dan pendiam dari luar, namun sebenarnya memiliki pemikiran yang cerdas, banyak akal, atau bahkan bisa berbahaya.
  9. Soal: Makna peribahasa ‘Besar pasak daripada tiang’ adalah…
    • Tiang yang lebih kecil dari pasak.
    • Membangun rumah dengan pasak besar.
    • Pengeluaran lebih besar dari pendapatan.
    • Pasak dan tiang harus seimbang.
    Jawaban: Pengeluaran lebih besar dari pendapatan.
    Penjelasan: Peribahasa ini digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan seseorang atau rumah tangga di mana biaya pengeluaran lebih besar daripada pemasukan, menyebabkan defisit atau kesulitan ekonomi.
  10. Soal: Apa makna dari peribahasa ‘Bagaikan katak dalam tempurung’?
    • Katak yang hidup di dalam tempurung.
    • Berwawasan sempit.
    • Hidup terisolasi dari dunia luar.
    • Melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda.
    Jawaban: Berwawasan sempit.
    Penjelasan: Peribahasa ini merujuk pada seseorang yang memiliki pengetahuan atau pandangan yang sangat terbatas, tidak mau atau tidak mampu melihat dunia di luar lingkungannya sendiri yang sempit.
  11. Soal: Peribahasa ‘Pagar makan tanaman’ memiliki arti…
    • Pagar yang tumbuh di antara tanaman.
    • Tanaman yang dimakan oleh pagar.
    • Orang yang merusak sesuatu yang seharusnya ia jaga.
    • Melindungi tanaman dari kerusakan.
    Jawaban: Orang yang merusak sesuatu yang seharusnya ia jaga.
    Penjelasan: Peribahasa ini menggambarkan situasi ironis di mana seseorang yang diberi kepercayaan atau tanggung jawab untuk menjaga sesuatu, justru dialah yang merusak atau mengambil keuntungan dari hal tersebut.
  12. Soal: Makna yang tepat untuk peribahasa ‘Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing’ adalah…
    • Membawa barang berat dan ringan bersama.
    • Suka duka ditanggung bersama.
    • Pekerjaan berat lebih baik dikerjakan sendiri.
    • Ringan tangan dalam membantu.
    Jawaban: Suka duka ditanggung bersama.
    Penjelasan: Peribahasa ini menekankan pentingnya kebersamaan dan solidaritas, di mana baik dalam keadaan senang maupun susah, semua beban dan kebahagiaan ditanggung dan dirasakan bersama-sama.
  13. Soal: Apa arti dari peribahasa ‘Seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk’?
    • Padi yang berisi akan merunduk.
    • Semakin banyak ilmu, semakin rendah hati.
    • Ilmu padi adalah ilmu yang sulit.
    • Orang yang berilmu harus sombong.
    Jawaban: Semakin banyak ilmu, semakin rendah hati.
    Penjelasan: Peribahasa ini mengajarkan sifat kerendahan hati. Semakin seseorang memiliki banyak pengetahuan, kekayaan, atau kedudukan, seharusnya semakin rendah hati dan tidak sombong, seperti padi yang berisi dan menunduk.
  14. Soal: Peribahasa ‘Nila setitik rusak susu sebelanga’ bermakna…
    • Susu yang rusak karena nila.
    • Kejahatan kecil tidak akan merusak kebaikan.
    • Karena kejahatan kecil, semua kebaikan ikut tercela.
    • Nila dan susu tidak bisa dicampur.
    Jawaban: Karena kejahatan kecil, semua kebaikan ikut tercela.
    Penjelasan: Peribahasa ini berarti bahwa satu kesalahan atau perbuatan buruk, meskipun kecil, dapat merusak seluruh reputasi atau kebaikan yang telah dibangun sebelumnya, seperti setetes nila yang merusak seluruh susu dalam belanga.
  15. Soal: Makna peribahasa ‘Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga’ adalah…
    • Tupai selalu jatuh saat melompat.
    • Orang pintar tidak pernah salah.
    • Sepintar-pintarnya seseorang, pasti pernah berbuat kesalahan.
    • Melompat adalah kegiatan yang berbahaya.
    Jawaban: Sepintar-pintarnya seseorang, pasti pernah berbuat kesalahan.
    Penjelasan: Peribahasa ini mengingatkan bahwa tidak peduli seberapa ahli atau hati-hati seseorang, pada suatu saat ia pasti akan membuat kesalahan atau mengalami kegagalan.
  16. Soal: Apa makna dari peribahasa ‘Mencari jarum dalam tumpukan jerami’?
    • Mencari jarum yang hilang.
    • Melakukan pekerjaan yang sangat sulit dan hampir mustahil.
    • Jerami adalah tempat yang baik untuk menyembunyikan jarum.
    • Jarum selalu bisa ditemukan di mana saja.
    Jawaban: Melakukan pekerjaan yang sangat sulit dan hampir mustahil.
    Penjelasan: Peribahasa ini menggambarkan suatu usaha atau pekerjaan yang sangat sulit, bahkan hampir mustahil untuk dilakukan atau dicari, karena objeknya terlalu kecil di antara banyak hal yang serupa.
  17. Soal: Peribahasa ‘Cepat kaki ringan tangan’ berarti…
    • Memiliki kaki yang cepat dan tangan yang ringan.
    • Orang yang cekatan dan suka menolong.
    • Melakukan sesuatu dengan tergesa-gesa.
    • Memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
    Jawaban: Orang yang cekatan dan suka menolong.
    Penjelasan: Peribahasa ini menggambarkan seseorang yang rajin, gesit dalam bekerja, dan selalu siap sedia untuk membantu orang lain.
  18. Soal: Apa makna dari peribahasa ‘Habis manis sepah dibuang’?
    • Membuang sisa makanan yang tidak enak.
    • Hanya dimanfaatkan saat perlu, lalu ditinggalkan.
    • Manisnya sesuatu akan hilang seiring waktu.
    • Sesuatu yang sudah tidak berguna harus dibuang.
    Jawaban: Hanya dimanfaatkan saat perlu, lalu ditinggalkan.
    Penjelasan: Peribahasa ini menggambarkan perilaku seseorang yang hanya memanfaatkan orang lain atau sesuatu ketika masih ada manfaatnya, dan setelah manfaatnya habis, ia akan meninggalkannya begitu saja.
  19. Soal: Peribahasa ‘Ada gula ada semut’ memiliki makna…
    • Gula selalu menarik semut.
    • Di mana ada kesenangan, di situ banyak orang berkumpul.
    • Semut suka pada gula.
    • Gula dan semut adalah hal yang tidak bisa dipisahkan.
    Jawaban: Di mana ada kesenangan, di situ banyak orang berkumpul.
    Penjelasan: Peribahasa ini bermakna bahwa di mana ada sesuatu yang menarik, menguntungkan, atau menyenangkan, di situ pula akan banyak orang yang datang atau berkumpul.
  20. Soal: Makna peribahasa ‘Air beriak tanda tak dalam’ adalah…
    • Air yang beriak selalu dangkal.
    • Orang yang banyak bicara biasanya tidak banyak ilmu.
    • Kedalaman air bisa dilihat dari riaknya.
    • Ketenangan adalah tanda kebijaksanaan.
    Jawaban: Orang yang banyak bicara biasanya tidak banyak ilmu.
    Penjelasan: Peribahasa ini menyindir orang yang banyak bicara atau menyombongkan diri, namun sebenarnya tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman yang mendalam, seperti air yang beriak karena dangkal.

B. Isian Singkat

  1. Soal: Jelaskan makna peribahasa ‘Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.’
    Jawaban: Untuk mencapai kesenangan atau keberhasilan, harus melalui kesulitan atau kerja keras terlebih dahulu.
  2. Soal: Apa makna dari peribahasa ‘Anjing menggonggong kafilah berlalu’?
    Jawaban: Biarpun ada rintangan, celaan, atau gangguan, pekerjaan atau tujuan akan tetap terus berjalan.
  3. Soal: Sebutkan makna peribahasa ‘Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.’
    Jawaban: Setiap orang akan selalu dikenang atau meninggalkan jejak (baik itu berupa jasa, perbuatan, atau karya) setelah meninggal dunia.
  4. Soal: Jelaskan makna peribahasa ‘Makan buah simalakama.’
    Jawaban: Menghadapi pilihan yang sulit atau serba salah, di mana kedua pilihan yang ada sama-sama akan mendatangkan kerugian atau masalah.
  5. Soal: Apa maksud dari peribahasa ‘Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak’?
    Jawaban: Kesalahan atau kekurangan diri sendiri yang besar tidak terlihat, tetapi kesalahan orang lain yang kecil terlihat jelas dan dibesar-besarkan.

C. Menjodohkan

  1. Soal: Jodohkanlah peribahasa di kolom kiri dengan makna yang tepat di kolom kanan.
    Premis A Premis B
    Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga. ???
    Tak kenal maka tak sayang. ???
    Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. ???
    Seperti kera mendapat bunga. ???
    Membasuh muka dengan air keruh. ???
    Kunci Jawaban (Pasangan):

    • Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga. ↔ Sifat atau kelakuan anak tidak jauh berbeda dengan orang tuanya.
    • Tak kenal maka tak sayang. ↔ Apabila tidak tahu atau tidak mengenal, maka tidak akan menyayangi.
    • Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. ↔ Pekerjaan atau usaha yang kecil jika dilakukan terus-menerus akan menghasilkan sesuatu yang besar.
    • Seperti kera mendapat bunga. ↔ Seseorang yang tidak tahu menghargai pemberian yang berharga.
    • Membasuh muka dengan air keruh. ↔ Mencari keuntungan dengan cara yang tidak baik atau merugikan orang lain.
  2. Soal: Jodohkanlah peribahasa di kolom kiri dengan makna yang tepat di kolom kanan.
    Premis A Premis B
    Melepaskan anjing tersepit. ???
    Bergantung pada akar lapuk. ???
    Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. ???
    Sepi ingar-ingar. ???
    Sudah jatuh ditimpa tangga. ???
    Kunci Jawaban (Pasangan):

    • Melepaskan anjing tersepit. ↔ Menolong orang yang pada akhirnya akan mencelakakan kita.
    • Bergantung pada akar lapuk. ↔ Mengharapkan pertolongan atau bantuan dari orang yang tidak berdaya atau lemah.
    • Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. ↔ Murid meniru kelakuan buruk gurunya, bahkan bisa lebih parah.
    • Sepi ingar-ingar. ↔ Sangat ramai atau ribut.
    • Sudah jatuh ditimpa tangga. ↔ Mengalami kemalangan atau kesulitan yang berturut-turut.

D. Uraian

  1. Soal: Pilih tiga peribahasa yang berkaitan dengan sifat kerendahan hati dan jelaskan makna serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.
    Jawaban: 1. ‘Seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk’: Maknanya, semakin seseorang berilmu atau memiliki kedudukan tinggi, ia seharusnya semakin rendah hati dan tidak sombong. Relevansinya adalah untuk mengingatkan kita agar tidak angkuh dengan pencapaian diri. 2. ‘Air tenang menghanyutkan’: Maknanya, orang yang pendiam dan tenang bisa jadi memiliki banyak akal atau kekuatan tersembunyi. Relevansinya adalah untuk tidak meremehkan orang yang tampak sederhana dan mengajarkan kita untuk tidak terlalu banyak bicara tetapi fokus pada tindakan. 3. ‘Berjalan pelihara kaki, berkata pelihara lidah’: Maknanya, dalam bertindak dan berbicara harus selalu berhati-hati. Relevansinya adalah menumbuhkan sikap mawas diri agar tidak terjerumus dalam kesalahan karena ucapan atau perbuatan yang ceroboh, yang merupakan bagian dari kerendahan hati untuk mengakui batasan diri.
  2. Soal: Bagaimana peribahasa ‘Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga’ mengajarkan kita tentang pentingnya sikap mawas diri dan tidak sombong? Berikan contoh situasinya.
    Jawaban: Peribahasa ini mengajarkan bahwa tidak peduli seberapa ahli, pintar, atau hati-hati seseorang, pasti akan ada saatnya ia melakukan kesalahan atau mengalami kegagalan. Ini menekankan pentingnya sikap mawas diri, yaitu selalu berhati-hati dan tidak pernah merasa terlalu superior atau kebal terhadap kesalahan. Sikap tidak sombong muncul dari kesadaran bahwa setiap orang memiliki batasan dan bisa luput. Contoh situasinya: Seorang dokter bedah yang sangat berpengalaman dan selalu berhasil dalam operasinya, suatu hari karena kelelahan, ia melakukan kesalahan kecil yang berakibat fatal. Ini menunjukkan bahwa sekalipun ia sangat pandai dan ahli, ia tetap bisa jatuh atau berbuat salah.
  3. Soal: Jelaskan perbedaan antara peribahasa dan pepatah. Berikan masing-masing satu contoh untuk memperjelas perbedaan tersebut.
    Jawaban: Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan mengiaskan maksud tertentu, bisa berupa perbandingan, perumpamaan, nasihat, atau sindiran. Cakupan peribahasa lebih luas. Contoh peribahasa: ‘Air susu dibalas air tuba’ (kebaikan dibalas kejahatan). Sedangkan pepatah adalah salah satu jenis dari peribahasa yang secara khusus mengandung nasihat atau ajaran dari orang tua-tua yang diucapkan secara turun-temurun. Pepatah lebih fokus pada nilai-nilai moral dan etika. Contoh pepatah: ‘Hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai’ (nasihat untuk hidup hemat dan rajin agar sukses).
  4. Soal: Dalam situasi apa peribahasa ‘Ada gula ada semut’ dapat digunakan untuk menggambarkan fenomena sosial? Berikan analisis singkat.
    Jawaban: Peribahasa ‘Ada gula ada semut’ dapat digunakan untuk menggambarkan fenomena sosial di mana suatu tempat, situasi, atau kondisi yang menawarkan keuntungan, kesenangan, atau peluang menarik akan secara otomatis menarik banyak orang untuk datang atau berkumpul. Analisis singkat: Misalnya, ketika sebuah kota menjadi pusat ekonomi baru dengan banyak lowongan pekerjaan dan peluang bisnis, maka akan banyak orang dari daerah lain yang berbondong-bondong datang ke kota tersebut untuk mencari penghidupan (gula = peluang/keuntungan, semut = orang-orang yang tertarik). Atau, sebuah acara gratis dengan hadiah menarik akan menarik banyak peserta. Ini menunjukkan bahwa manusia secara naluriah tertarik pada hal-hal yang menguntungkan atau menyenangkan.
  5. Soal: Mengapa penting bagi generasi muda untuk memahami dan melestarikan peribahasa dalam Bahasa Indonesia? Jelaskan dampak positifnya.
    Jawaban: Memahami dan melestarikan peribahasa penting bagi generasi muda karena beberapa dampak positif: 1. Melestarikan kearifan lokal dan budaya bangsa: Peribahasa adalah cerminan nilai-nilai luhur dan pandangan hidup nenek moyang. 2. Memperkaya kosakata dan kemampuan berbahasa: Penguasaan peribahasa meningkatkan kekayaan ungkapan dan kemampuan berkomunikasi secara efektif dan indah. 3. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analogis: Memahami makna tersirat peribahasa melatih daya analisis dan interpretasi. 4. Menumbuhkan nilai-nilai moral: Banyak peribahasa mengandung nasihat tentang etika, sopan santun, dan kebijaksanaan hidup. 5. Menjaga identitas bangsa: Bahasa adalah salah satu pilar identitas, dan peribahasa adalah salah satu intinya. Dampak positifnya adalah terbentuknya generasi yang cerdas berbahasa, berbudaya, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *