
Uji pemahaman Anda tentang majas dan peribahasa dalam Bahasa Indonesia dengan kumpulan soal terlengkap ini. Artikel ini menyediakan berbagai jenis pertanyaan, mulai dari pilihan ganda, isian singkat, esai, hingga menjodohkan, yang dirancang untuk menguji kedalaman pengetahuan Anda tentang gaya bahasa dan ungkapan idiomatik. Majas, sebagai bagian penting dari retorika, memperindah tulisan dan ucapan, sementara peribahasa kaya akan nilai-nilai kearifan lokal. Dengan mengerjakan soal-soal ini, Anda tidak hanya akan mengidentifikasi berbagai jenis majas seperti metafora, personifikasi, hiperbola, dan ironi, tetapi juga memahami makna dan penggunaan peribahasa dalam konteks yang tepat. Persiapkan diri Anda untuk ujian, tingkatkan kemampuan berbahasa, dan kuasai kekayaan Bahasa Indonesia dengan latihan soal majas dan peribahasa yang komprehensif ini. Cocok untuk siswa, mahasiswa, maupun umum yang ingin memperdalam wawasan kebahasaan.
Contoh Soal dan Pembahasan
1. Perhatikan kalimat berikut: ‘Angin malam membelai rambutku dengan lembut.’ Majas apakah yang terdapat dalam kalimat tersebut?
- A. Metafora
- B. Personifikasi
- C. Hiperbola
- D. Litotes
Jawaban: Personifikasi
Pembahasan: Majas personifikasi adalah gaya bahasa yang memberikan sifat-sifat manusia kepada benda mati atau makhluk hidup bukan manusia, seolah-olah mereka dapat bertindak atau berperasaan seperti manusia. Dalam kalimat tersebut, ‘angin’ seolah-olah dapat ‘membelai’, seperti tindakan manusia.
2. Kalimat ‘Dia adalah bintang kelas yang selalu bersinar terang.’ menggunakan majas…
- A. Simile
- B. Personifikasi
- C. Metafora
- D. Ironi
Jawaban: Metafora
Pembahasan: Majas metafora adalah gaya bahasa perbandingan tidak langsung yang menyamakan satu hal dengan hal lain tanpa menggunakan kata penghubung seperti ‘bagai’, ‘bagaikan’, ‘umpama’, atau ‘seperti’. ‘Bintang kelas’ secara langsung menyamakan seseorang dengan bintang karena keunggulan atau kecemerlangannya.
3. Majas yang menyatakan sesuatu secara berlebihan dari kenyataan disebut…
- A. Litotes
- B. Ironi
- C. Hiperbola
- D. Metonimia
Jawaban: Hiperbola
Pembahasan: Majas hiperbola adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hingga tidak masuk akal, dengan tujuan memberikan penekanan atau efek dramatis. Contohnya ‘suaranya menggelegar membelah angkasa’.
4. Manakah kalimat berikut yang menggunakan majas litotes?
- A. Wajahnya cantik bak bidadari surga.
- B. Mampirlah ke gubuk reot kami yang sederhana ini.
- C. Dia sudah makan garam kehidupan.
- D. Malam ini bulan tersenyum padaku.
Jawaban: Mampirlah ke gubuk reot kami yang sederhana ini.
Pembahasan: Majas litotes adalah gaya bahasa yang merendahkan diri atau mengecilkan kenyataan dengan tujuan untuk sopan santun atau merendah. Pilihan ‘gubuk reot’ digunakan untuk merujuk pada rumah yang mungkin sebenarnya layak, sebagai bentuk kerendahan hati.
5. Peribahasa ‘Air susu dibalas air tuba’ memiliki makna…
- A. Kebaikan dibalas dengan kebaikan.
- B. Kejahatan dibalas dengan kebaikan.
- C. Kebaikan dibalas dengan kejahatan.
- D. Kejahatan akan selalu terbalas.
Jawaban: Kebaikan dibalas dengan kejahatan.
Pembahasan: Peribahasa ‘Air susu dibalas air tuba’ menggambarkan situasi di mana seseorang membalas kebaikan yang telah diterimanya dengan perbuatan jahat atau tidak menyenangkan.
6. Kalimat ‘Suaranya sangat merdu, sampai-sampai telinga saya sakit mendengarnya.’ adalah contoh majas…
- A. Hiperbola
- B. Litotes
- C. Ironi
- D. Paradoks
Jawaban: Ironi
Pembahasan: Majas ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan makna yang berlawanan dengan maksud sebenarnya, seringkali dengan tujuan menyindir atau mengejek. Pujian ‘sangat merdu’ diikuti dengan ‘telinga saya sakit’ menunjukkan makna sebaliknya, yaitu suara tersebut tidak merdu.
7. Peribahasa yang bermakna ‘ada maksud tersembunyi’ adalah…
- A. Air beriak tanda tak dalam.
- B. Ada udang di balik batu.
- C. Bagai pinang dibelah dua.
- D. Tak ada gading yang tak retak.
Jawaban: Ada udang di balik batu.
Pembahasan: Peribahasa ‘Ada udang di balik batu’ secara harfiah berarti ada udang di belakang batu, namun maknanya adalah ada suatu maksud atau tujuan tersembunyi di balik suatu perbuatan atau perkataan.
8. Majas yang menggunakan perbandingan eksplisit dengan kata ‘bagai’, ‘bagaikan’, ‘seperti’, atau ‘laksana’ disebut…
- A. Metafora
- B. Personifikasi
- C. Hiperbola
- D. Simile
Jawaban: Simile
Pembahasan: Majas simile (atau perumpamaan/asosiasi) adalah gaya bahasa perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu secara terang-terangan membandingkan dua hal yang berbeda namun dianggap memiliki kemiripan, dengan menggunakan kata-kata perbandingan.
9. Kalimat ‘Sejak tadi pagi tak nampak batang hidungnya.’ menggunakan majas…
- A. Metonimia
- B. Sinekdoke pars pro toto
- C. Sinekdoke totem pro parte
- D. Eufemisme
Jawaban: Sinekdoke pars pro toto
Pembahasan: Majas sinekdoke pars pro toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan. ‘Batang hidungnya’ (sebagian) digunakan untuk merujuk pada ‘orangnya’ (keseluruhan).
10. Peribahasa ‘Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing’ mengajarkan tentang…
- A. Kemandirian dalam bekerja.
- B. Keadilan dalam pembagian tugas.
- C. Kebersamaan dan gotong royong.
- D. Tanggung jawab individu.
Jawaban: Kebersamaan dan gotong royong.
Pembahasan: Peribahasa ini menekankan pentingnya kebersamaan, kerja sama, dan gotong royong dalam menghadapi segala suka dan duka kehidupan.
11. Majas yang menggantikan nama suatu benda dengan merek atau sifat yang khas dari benda tersebut adalah…
- A. Sinekdoke
- B. Metafora
- C. Metonimia
- D. Personifikasi
Jawaban: Metonimia
Pembahasan: Majas metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan nama merek atau atribut yang melekat pada suatu benda untuk merujuk pada benda itu sendiri. Contohnya ‘Dia minum Aqua’ (untuk air mineral).
12. Manakah contoh kalimat yang mengandung majas eufemisme?
- A. Dia adalah bunga desa.
- B. Pemerintah akan melakukan penyesuaian tarif listrik.
- C. Hatinya sepi di tengah keramaian.
- D. Indonesia mengalahkan Thailand 3-0.
Jawaban: Pemerintah akan melakukan penyesuaian tarif listrik.
Pembahasan: Majas eufemisme adalah gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dirasa kasar atau kurang sopan dengan kata-kata yang lebih halus atau sopan. ‘Penyesuaian tarif listrik’ lebih halus daripada ‘kenaikan tarif listrik’.
13. Peribahasa ‘Tong kosong nyaring bunyinya’ memiliki makna…
- A. Orang kaya selalu sombong.
- B. Orang yang pendiam adalah orang bijak.
- C. Orang yang tidak berilmu biasanya banyak bicara.
- D. Semakin berisi, semakin merunduk.
Jawaban: Orang yang tidak berilmu biasanya banyak bicara.
Pembahasan: Peribahasa ini menggambarkan bahwa orang yang sedikit ilmunya atau pengetahuannya cenderung banyak bicara dan menyombongkan diri, seperti tong kosong yang jika dipukul akan mengeluarkan suara nyaring.
14. Majas yang membandingkan dua hal yang seolah-olah bertentangan namun sebenarnya mengandung kebenaran disebut…
- A. Ironi
- B. Antitesis
- C. Paradoks
- D. Oksimoron
Jawaban: Paradoks
Pembahasan: Majas paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta yang ada, namun di dalamnya terkandung kebenaran. Contohnya ‘Hatinya sepi di tengah keramaian’.
15. Kalimat ‘Dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, hingga tua, semua merayakan.’ menggunakan majas…
- A. Antiklimaks
- B. Klimaks
- C. Repetisi
- D. Tautologi
Jawaban: Klimaks
Pembahasan: Majas klimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal secara berurutan dari tingkatan rendah ke tingkatan yang lebih tinggi atau makin lama makin penting. Urutan usia ini menunjukkan peningkatan tingkatan.
16. Peribahasa ‘Lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup bercermin bangkai’ mengandung makna…
- A. Hidup harus berani mati.
- B. Jangan takut menghadapi kematian.
- C. Lebih baik mati daripada menanggung malu yang besar.
- D. Kematian adalah akhir dari segalanya.
Jawaban: Lebih baik mati daripada menanggung malu yang besar.
Pembahasan: Peribahasa ini menunjukkan prinsip kehormatan yang tinggi, di mana seseorang lebih memilih kematian daripada hidup dalam kehinaan atau menanggung malu yang tak terhingga.
17. Majas yang mengulang kata atau frasa yang sama dalam satu kalimat atau paragraf untuk penekanan adalah…
- A. Tautologi
- B. Paralelisme
- C. Repetisi
- D. Anafora
Jawaban: Repetisi
Pembahasan: Majas repetisi adalah gaya bahasa penegasan yang mengulang kata, frasa, atau klausa yang sama beberapa kali dalam sebuah kalimat atau wacana untuk memberikan penekanan atau efek tertentu.
18. Kalimat ‘Dia sangat bahagia dan gembira hari ini.’ mengandung majas…
- A. Repetisi
- B. Pleonasme
- C. Tautologi
- D. Paralelisme
Jawaban: Tautologi
Pembahasan: Majas tautologi adalah gaya bahasa yang mengulang-ulang kata atau pernyataan yang memiliki makna sama atau hampir sama dalam satu frasa atau kalimat, sehingga terkesan tidak efektif namun bisa memberikan penekanan. ‘Bahagia’ dan ‘gembira’ memiliki makna yang sangat mirip.
19. Peribahasa ‘Menjilat ludah sendiri’ memiliki arti…
- A. Membantu orang lain tanpa pamrih.
- B. Menarik kembali perkataan atau janji yang sudah diucapkan.
- C. Mendapat keuntungan dari kebodohan orang lain.
- D. Meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat.
Jawaban: Menarik kembali perkataan atau janji yang sudah diucapkan.
Pembahasan: Peribahasa ini menggambarkan tindakan menarik kembali atau membatalkan perkataan, janji, atau keputusan yang sebelumnya sudah diungkapkan, seringkali karena malu atau tidak konsisten.
20. Majas ‘Sinekdoke totem pro parte’ terdapat pada kalimat…
- A. Setiap kepala memiliki pemikiran yang berbeda.
- B. Indonesia berhasil meraih medali emas di Olimpiade.
- C. Ayah membaca Koran.
- D. Aku membeli sebatang rokok.
Jawaban: Indonesia berhasil meraih medali emas di Olimpiade.
Pembahasan: Majas sinekdoke totem pro parte adalah gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan sebagian. ‘Indonesia’ (keseluruhan negara) digunakan untuk merujuk pada ‘tim atau atlet Indonesia’ (sebagian dari negara).
21. Jelaskan perbedaan mendasar antara majas metafora dan simile.
Jawaban: Perbedaan mendasar antara majas metafora dan simile terletak pada cara perbandingannya. Simile adalah perbandingan eksplisit atau langsung yang menggunakan kata penghubung seperti ‘bagai’, ‘bagaikan’, ‘umpama’, ‘laksana’, atau ‘seperti’. Sedangkan metafora adalah perbandingan implisit atau tidak langsung yang tidak menggunakan kata penghubung tersebut, melainkan langsung menyamakan satu hal dengan hal lain.
Pembahasan: Metafora membandingkan secara langsung (A adalah B), sementara simile membandingkan secara tidak langsung (A seperti B).
22. Sebutkan tiga jenis majas perbandingan beserta contoh singkatnya.
Jawaban: 1. Simile: ‘Wajahnya cantik bagai bulan purnama.’ (Membandingkan dengan kata ‘bagai’) 2. Metafora: ‘Dia adalah singa podium.’ (Menyamakan secara langsung) 3. Personifikasi: ‘Ombak berkejaran di pantai.’ (Memberi sifat manusia pada benda mati)
Pembahasan: Tiga jenis majas perbandingan yang umum adalah simile (perbandingan eksplisit), metafora (perbandingan implisit), dan personifikasi (memberikan sifat manusia).
23. Apa makna peribahasa ‘Tong kosong nyaring bunyinya’?
Jawaban: Peribahasa ‘Tong kosong nyaring bunyinya’ bermakna bahwa orang yang sedikit ilmu atau pengetahuannya biasanya banyak bicara, menyombongkan diri, atau suka pamer.
Pembahasan: Peribahasa ini mengkritik orang yang banyak bicara tapi tidak memiliki substansi atau pengetahuan.
24. Berikan satu contoh kalimat yang menggunakan majas litotes dan jelaskan mengapa itu disebut litotes.
Jawaban: Contoh kalimat: ‘Silakan cicipi hidangan alakadar kami ini.’ Ini disebut litotes karena si penutur merendahkan atau mengecilkan kualitas hidangan yang mungkin sebenarnya enak atau mewah, sebagai bentuk kesopanan atau kerendahan hati.
Pembahasan: Litotes adalah majas yang merendahkan diri atau mengecilkan kenyataan untuk kesopanan, seperti menggunakan ‘alakadar’ untuk hidangan yang sebenarnya istimewa.
25. Apa perbedaan antara peribahasa dan ungkapan idiomatik?
Jawaban: Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, mengandung kiasan, dan memiliki makna tersirat berupa nasihat, perbandingan, atau aturan tingkah laku. Contoh: ‘Tak ada gading yang tak retak’. Ungkapan idiomatik (idiom) adalah gabungan kata yang maknanya tidak dapat diartikan dari makna unsur-unsur pembentuknya secara harfiah, tetapi membentuk makna baru yang khas. Ungkapan tidak selalu berupa kalimat lengkap dan tidak selalu berisi nasihat. Contoh: ‘Meja hijau’ (pengadilan), ‘Banting tulang’ (bekerja keras).
Pembahasan: Peribahasa adalah kalimat utuh yang mengandung nasihat kiasan, sedangkan ungkapan idiomatik adalah gabungan kata dengan makna baru yang tidak bisa diartikan secara harfiah.
26. Analisis penggunaan majas dalam cuplikan prosa pendek berikut: ‘Matahari pagi tersenyum ramah, menyapa bumi yang baru terbangun. Embun-embun berkilauan seperti permata di pucuk daun. Namun, hatiku seolah gumpalan awan hitam, penuh badai yang tak kunjung reda.’
Jawaban: Dalam cuplikan prosa tersebut terdapat beberapa majas:
1. **Personifikasi**: ‘Matahari pagi tersenyum ramah, menyapa bumi yang baru terbangun.’ dan ‘Embun-embun berkilauan’. Kata ‘tersenyum’ dan ‘menyapa’ adalah sifat manusia yang diberikan kepada matahari, membuat benda mati seolah hidup. Demikian juga dengan ‘bumi yang baru terbangun’.
2. **Simile**: ‘Embun-embun berkilauan seperti permata di pucuk daun.’ Penggunaan kata ‘seperti’ secara eksplisit membandingkan kilauan embun dengan permata.
3. **Metafora**: ‘Hatikku seolah gumpalan awan hitam, penuh badai yang tak kunjung reda.’ Frasa ‘gumpalan awan hitam’ dan ‘badai’ secara tidak langsung menyamakan kondisi hati penulis yang sedang berduka atau gelisah dengan awan hitam dan badai, tanpa menggunakan kata perbandingan eksplisit. ‘Seolah’ di sini berfungsi untuk memperhalus perbandingan, namun inti perbandingan ‘hati adalah awan hitam/badai’ tetap bersifat metaforis.
Pembahasan: Analisis ini mengidentifikasi dan menjelaskan majas personifikasi, simile, dan metafora beserta alasannya dalam cuplikan teks yang diberikan.
27. Jelaskan fungsi majas dalam karya sastra dan berikan contoh konkret dari masing-masing fungsi tersebut.
Jawaban: Fungsi majas dalam karya sastra sangat beragam, antara lain:
1. **Memperindah dan Menghidupkan Bahasa**: Majas membuat teks tidak monoton dan lebih menarik. Contoh: ‘Bulan tersenyum ramah di langit malam’ (Personifikasi) lebih indah daripada ‘Bulan bersinar di langit malam’.
2. **Memberikan Penekanan atau Efek Dramatis**: Majas dapat memperkuat pesan atau emosi yang ingin disampaikan. Contoh: ‘Aku sudah bilang seribu kali!’ (Hiperbola) untuk menekankan bahwa sudah sering berbicara.
3. **Membangkitkan Imajinasi Pembaca**: Penggunaan majas dapat membantu pembaca membayangkan situasi atau objek yang digambarkan. Contoh: ‘Wajahnya secerah mentari pagi’ (Simile) membantu pembaca membayangkan wajah yang sangat cerah.
4. **Menyampaikan Kritik atau Sindiran secara Halus**: Terutama majas ironi atau sarkasme. Contoh: ‘Bagus sekali nilaimu, sampai-sampai kamu tidak naik kelas.’ (Ironi) untuk menyindir nilai yang buruk.
5. **Memadatkan Makna**: Terkadang, satu majas bisa mewakili penjelasan panjang. Contoh: ‘Dia telah makan asam garam kehidupan’ (Metafora) untuk menyatakan seseorang sudah banyak pengalaman.
Pembahasan: Jawaban ini menjelaskan lima fungsi utama majas (memperindah, penekanan, imajinasi, kritik, memadatkan makna) dan memberikan contoh spesifik untuk setiap fungsi.
28. Bagaimana peribahasa dapat mencerminkan nilai-nilai budaya suatu masyarakat? Jelaskan dengan minimal dua contoh peribahasa.
Jawaban: Peribahasa seringkali menjadi cerminan nilai-nilai budaya, kearifan lokal, dan pandangan hidup suatu masyarakat karena peribahasa lahir dari pengalaman kolektif dan pengamatan terhadap alam serta kehidupan sosial.
1. **Gotong Royong dan Kebersamaan**: Peribahasa ‘Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing’ mencerminkan nilai budaya Indonesia yang sangat menjunjung tinggi kebersamaan, tolong-menolong, dan gotong royong dalam menghadapi setiap kesulitan maupun kesenangan. Ini menunjukkan bahwa masyarakat menghargai kerja sama dibandingkan individualisme.
2. **Kehati-hatian dan Kesabaran**: Peribahasa ‘Biar lambat asal selamat’ atau ‘Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit’ mencerminkan nilai kehati-hatian, kesabaran, dan ketekunan. Masyarakat yang menciptakan peribahasa ini cenderung menghargai proses dan hasil yang stabil daripada terburu-buru yang berisiko. Ini juga menunjukkan penghargaan terhadap nilai-nilai konservatif dan perencanaan jangka panjang.
3. **Pendidikan dan Pengetahuan**: Peribahasa ‘Malu bertanya sesat di jalan’ menunjukkan pentingnya mencari ilmu dan bertanya ketika tidak tahu, mencerminkan masyarakat yang menghargai pengetahuan dan pembelajaran sebagai kunci keberhasilan.
Pembahasan: Jawaban ini menjelaskan bagaimana peribahasa merefleksikan nilai budaya dan memberikan contoh peribahasa ‘Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing’ serta ‘Malu bertanya sesat di jalan’ untuk mendukung penjelasan.
29. Buatlah sebuah paragraf singkat (minimal 5 kalimat) yang di dalamnya terdapat minimal tiga jenis majas yang berbeda. Identifikasi majas-majas tersebut.
Jawaban: Mentari pagi menari-nari di balik awan, menyirami kota dengan sinarnya yang keemasan. Hawa dingin menusuk tulang, seolah-olah jarum es menusuk kulit. Namun semangatku membara bagaikan api, siap membakar setiap rintangan yang menghadang. Jangan biarkan dirimu menjadi tong kosong yang nyaring bunyinya, tetapi jadilah telaga yang dalam dan tenang.
Identifikasi Majas:
1. **Personifikasi**: ‘Mentari pagi menari-nari’ (Memberi sifat manusia pada matahari).
2. **Simile**: ‘Hawa dingin menusuk tulang, seolah-olah jarum es menusuk kulit.’ (Perbandingan eksplisit dengan ‘seolah-olah’).
3. **Simile**: ‘semangatku membara bagaikan api’ (Perbandingan eksplisit dengan ‘bagaikan’).
4. **Metafora**: ‘tong kosong yang nyaring bunyinya’ (Menyamakan orang yang banyak bicara tanpa isi dengan tong kosong).
5. **Metafora**: ‘telaga yang dalam dan tenang’ (Menyamakan orang berilmu yang bijaksana dengan telaga).
Pembahasan: Paragraf ini berhasil mengintegrasikan beberapa majas (personifikasi, simile, metafora) dan kemudian mengidentifikasinya dengan jelas.
30. Diskusikan pentingnya pemahaman majas dan peribahasa dalam komunikasi sehari-hari dan dalam memahami teks sastra.
Jawaban: Pemahaman majas dan peribahasa sangat penting baik dalam komunikasi sehari-hari maupun dalam memahami teks sastra karena keduanya memperkaya bahasa dan makna.
Dalam **komunikasi sehari-hari**, majas dan peribahasa berfungsi untuk:
1. **Memperhalus Komunikasi**: Majas seperti eufemisme dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang sensitif secara lebih sopan. Peribahasa dapat menyampaikan nasihat atau kritik secara tidak langsung dan lebih bijak.
2. **Menarik Perhatian dan Memperkuat Pesan**: Penggunaan majas yang tepat dapat membuat ucapan lebih berkesan dan persuasif. Peribahasa sering digunakan untuk menyoroti suatu kebenaran universal dengan cara yang ringkas dan kuat.
3. **Mencerminkan Kekayaan Bahasa**: Menguasai majas dan peribahasa menunjukkan kemampuan berbahasa yang baik dan pemahaman mendalam tentang budaya.
Dalam **memahami teks sastra**, majas dan peribahasa sangat vital karena:
1. **Mengungkap Makna Tersirat**: Karya sastra seringkali menggunakan majas dan peribahasa untuk menyampaikan makna yang tidak literal, melainkan kiasan, simbolis, atau alegoris. Pemahaman ini krusial untuk menangkap pesan utama dan estetika karya.
2. **Menghargai Estetika dan Keindahan Bahasa**: Majas adalah salah satu elemen utama yang membuat puisi, prosa, atau drama menjadi indah dan berdaya pikat. Tanpa pemahaman majas, pembaca mungkin kehilangan apresiasi terhadap gaya penulisan pengarang.
3. **Memahami Karakter dan Latar Belakang Budaya**: Peribahasa, khususnya, seringkali terkait erat dengan nilai-nilai dan kearifan lokal. Memahaminya membantu pembaca menggali lebih dalam karakter tokoh, motif cerita, dan konteks budaya di balik karya sastra tersebut.
Pembahasan: Jawaban ini membahas pentingnya majas dan peribahasa dalam dua konteks berbeda (komunikasi sehari-hari dan sastra) dengan poin-poin yang jelas dan relevan.
31. Jodohkanlah jenis majas berikut dengan definisinya yang tepat!
Jawaban: Metafora: Gaya bahasa perbandingan langsung; Personifikasi: Benda mati seolah hidup; Hiperbola: Melebih-lebihkan kenyataan; Litotes: Merendahkan diri; Ironi: Menyatakan kebalikan.
Pembahasan: Setiap majas memiliki definisi dan karakteristiknya masing-masing yang membedakannya dari majas lain.
32. Jodohkanlah peribahasa berikut dengan makna yang sesuai!
Jawaban: Air beriak tanda tak dalam: Orang banyak bicara biasanya kurang ilmunya; Bagai pinang dibelah dua: Sangat mirip; Pagar makan tanaman: Orang yang dipercaya malah merusak; Tak ada gading yang tak retak: Tidak ada kesempurnaan; Malu bertanya sesat di jalan: Jika tidak mau bertanya akan menemui kesulitan.
Pembahasan: Peribahasa memiliki makna kiasan yang merupakan kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun.